Rabu, 02 Mei 2012

IMPLIKASI NILAI-NILAI KEHIDUPAN DALAM DZIKIR HATI


IMPLIKASI NILAI-NILAI KEHIDUPAN DALAM DZIKIR HATI


Dzikir merupakan salah satu kegiatan spiritual yang sangat digemari oleh sebagian kaum muslimin, dan masjid adalah tempat yang ideal bagi aktifitas seperti ini. Apa yang ingin dicapai dengan dzikir ini? pada umumnya, mereka yang berdzikir ini,, ingin mendapatkan ketenangan batin. Atau mungkin, ada hajat yang diharap kan terkabul melalui dzikir ini. misalnya, ingin mendapatkan jodoh.
Dzikir kepada Allah artinya meng-ingat-Nya. "Maka ingatlah Aku, pasti Aku mengingatmu..." (al-Baqarah 152). Demikianlah garansi Allah. Cara Allah mengingat hamba-Nya adalah dengan melapangkan hidupnya. Sebaliknya, orang yang tak mengingat-Nya, maka Allah akan membuat hidupnya penuh dengan kesulitan. (Thaha 124). Jadi, bila ingin hidup bahagia, berzikirlah kepada Allah.
dzikir ini dapat dibagi dua:
1.      Pertama, dzikir statis. Pada dzikir statis, seseorang hanya membaca bacaan-bacaan tertentu dalam upaya mengingat Allah Ta`ala mengingat ke-agungan-Nya, serta mengharap ampunan dan karunia-Nya. Mereka bersikap pasrah dan passif.

2.      Kedua dzikir dinamis, kita lebih banyak mengingat kemauan Allah? di dunia ini, keadilan-Nya, pahala dan azab, yang terkandung dalam hukum-hukum-Nya. Karena itu, dzikir ini akan menghubungkan dzikir dengan fikir dan memunculkan pertanyaan kritis: apa hukum-hukum Allah ini sudah berlaku atau belum ? Langkah apa yang harus dilakukan agar hukum-hukum ini berlaku? Apa ada keberanian untuk ini?
Dzikir dinamis mengantar kita kepada satu hal Yang sangat mendasar; ,yaitu, memikirkan kandungan Al qur`an. Kandungan ini, dua di antaranya adalah peringatan-peringatan dan hukum-hukum Allah Ta`ala, yang menyangkut hak dan bathil, halal dan haram, baik dan jahat, ma`ruf dan munkar. Berpikir islami, dengan begitu, adalah memikirkan bagaimana supaya ,yang hak, halal, baik, dan ma`ruf berlaku; dan yang selainnya sirna. Dzikir dinamis berhulu pada kontemplasi, renungan, dan seyogyanya bermuara pada tindakan. Dzikir dinamis memunculkan kepeloporan, aktif  memperbaiki masyarakat yang bobrok, penuh dengran borok moral.
Al -Qur'an mengingatkan manusia untuk memperhatikan berbagai makna yang menyangkut dirinya, yang sangat mendasar, tetapi sering dilupakan. Apa itu? derajatnya yang mulia sebagai makhluk Allah Ta`ala "Dan sungguh telah Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka di daratan dan di lautan; Kami memberi mereka rezki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka de-ngan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami cintakan" (Q.S Al Isra [17] : 1 70) dan pada ayat lain:",,,sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yanq sebaik-baiknya".(Q.S. At-Tin[95] : 4).
Dilihat dari sudut pandang ibadah, maka sebab-sebab(faktor) kemuliaan itu adalah shalat. Dengan shalat kita dimasukkan ke dalam satu proses yang memungkinkan kita memiliki nilai-nilai dasar atau sifat-sifat unggul, seperti: kejujuran, disiplin, keberanian, kesabaran, dan sebagainya.Kejujuran terlihat pada waktu seseorang batal wudhunya sehingga harus berwudhu kembali. Keberanian terlihat pada saat imam dibetulkan bacaannya yang salah oleh ma'mum di belakangnya. Tentu kita sepakat bahwa kemuliaan mustahil diperoleh kalau kita tidak jujur, tidak disiplin, tidak sabar, penakut, dan sebagainya. Nilai-nilai dasar ini memungkinkan seseorang mampu mengendalikan diri dan mencegah perbuatan-perbuatan munkar, keji. dan kalau kita meruiuk ke surat Thaha 14, maka dengan shalat kita dzikir kepada Allah Ta`ala
Sebagai penutup, baik kita sandingkan surat Thaha 14 dengan surat Al'Ankabut 45. " Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)keji den mungkar...", Kalau kita menggunakan prinsip syllogisme, maka dapat disimpulkan bahwa; Dzikir mencegah seseorang dari perbuatan keji, munnkar/jahat. Dzikir di sini tentulah dzikir dinamis. Nah, mencegah manusia dari perbuatan jahat sama artinya dengan memelihara kemuliaan manusia. Dan ini, sesuai dengan tujuan peradaban. Karena itu, dapat dipahami bahwa dzikir dinamis mendorong manusia untuk membangun peradaban yang sesuai dengan blue print yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Wallahu'AlamBisshawab.

o-f� � s - 诃 s} ly:"Times New Roman"; color:black;mso-fareast-language:IN'>
Selain bentuk-bentuk pernyataan seperti di atas, ilmu juga memiliki ragam-ragam proposisi, yaitu azas ilmiah, kaidah ilmiah, dan teori ilmiah. Ketiga ragam proposisi tersebut dijelaskan seperti berikut ini.
1)    Azas ilmiah
Azas atau prinsip ilmiah adalah sebuah proposisi yang mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati.
2)    Kaidah ilmiah
Suatu kaidah atau hukum dalam pengetahuan ilmiah adalah sebuah proposisi yang mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib yang dapat diuji kebenarannya .
3)    Teori ilmiah
Yang dimaksud dengan teori ilmiah adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis berkenaan dengan penjelasan terhadap sejumlah fenomena.
Teori ilmiah merupakan unsur yang sangat penting dalam ilmu. Bobot kualitas suatu ilmu terutama ditentukan oleh teori ilmiah yang dimilikinya.



Pentingnya teori ilmiah dalam illmu dapat dijelaskan dari fungsi atau kegunaannya. Fungsi teori ilmiah adalah :
a)     Sebagai kerangka pedoman, bagan sistematisasi, atau sistem acuan dalam menyususn data maupun pemikiran tentang data sehingga tercapai hubungan yang logis diantara aneka data.
b)     Memberikan suatu skema atau rencana sementara mengenai medan yang semula belum dipetakan sehingga terdapat suatu orientasi.
c)     Sebagai acuan dalam pengkajian suatu masalah.
d)     Sebagai dasar dalam merumuskan kerangka teoritis penelitian.
e)     Sebagai dasar dalam merumuskan hipotesis.
f)      Sebagai informasi untuk menetapkan cara pengujian hipotesis.
g)     Untuk mendapatkan informasi histories dan perspektif perma-salahan yang akan diteliti.
h)     Memperkaya ide-ide baru.
i)       Untuk mengetahui siapa saja peneliti lain dan pengguna di bidang yang sama.
d.     Ciri-ciri pokok ilmu
Ilmu merupakan pengetahuan yang memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat dibedakan dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain. Adapun ciri-ciri pokok ilmu adalah sebagi berikut.
1)    Sistematisasi
Sistematisasi memiliki arti bahwa pengetahuan ilmiah tersusun sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdapat pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara fungsional.
2)    Keumuman (generality)
Ciri keumuman menunjuk pada kualitas pengetahuan ilmiah untuk merangkum berbagai fenomena yang senantiasa makin luas dengan penentuan konsep-konsep yang paling umum dalam pembahasannya.
3)    Rasionalitas
Ciri rasionalitas berarti bahwa ilmu sebagai pengetahuan ilmiah bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika.
4)    Objektivitas
Ciri objektivitas ilmu menunjuk pada keharusan untuk bersikap objektif dalam mengkaji suatu kebenaran ilmiah tanpa melibatkan unsur emosi dan kesukaan atau kepentingan pribadi.
5)    Verifiabilitas
Verifiabilitas berarti bahwa pengetahuan ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya, diteliti kembali, atau diuji ulang oleh masyarakat ilmuwan.
6)    Komunalitas
Ciri komunalitas ilmu mengandung arti bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik umum (public knowledge). Itu berarti hasil penelitian yang kemudian menjadi khasanah dunia keilmuan tidak akan disimpan atau disembunyikan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu.
e.    Pembagian sistematis
Pengetahuan ilmiah senantiasa mengalami perkembangan seiring dengan semakin banyaknya jumlah ilmuwan dan juga semakin luasnya peluang untuk melakukan penelitian. Perkembangan ilmu antara lain ditandai dengan lahirnya bermacam-macam aliran dan terutama cabang. Untuk memudahkan memperoleh pemahaman mengenai bermacam-macam aliran dan cabang tersebut diperlukan pembagian sistematis.

0 komentar:

Posting Komentar