IMPLIKASI NILAI-NILAI
KEHIDUPAN DALAM DZIKIR HATI
Dzikir merupakan salah
satu kegiatan spiritual yang sangat digemari oleh sebagian kaum muslimin, dan
masjid adalah tempat yang ideal bagi aktifitas seperti ini. Apa yang ingin
dicapai dengan dzikir ini? pada umumnya, mereka yang berdzikir ini,, ingin
mendapatkan ketenangan batin. Atau mungkin, ada hajat yang diharap kan terkabul
melalui dzikir ini. misalnya, ingin mendapatkan jodoh.
Dzikir kepada Allah
artinya meng-ingat-Nya. "Maka ingatlah Aku, pasti Aku mengingatmu..."
(al-Baqarah 152). Demikianlah garansi Allah. Cara Allah mengingat hamba-Nya
adalah dengan melapangkan hidupnya. Sebaliknya, orang yang tak mengingat-Nya,
maka Allah akan membuat hidupnya penuh dengan kesulitan. (Thaha 124). Jadi,
bila ingin hidup bahagia, berzikirlah kepada Allah.
dzikir ini dapat
dibagi dua:
1.
Pertama, dzikir
statis. Pada dzikir statis, seseorang hanya membaca bacaan-bacaan tertentu
dalam upaya mengingat Allah Ta`ala mengingat ke-agungan-Nya, serta mengharap
ampunan dan karunia-Nya. Mereka bersikap pasrah dan passif.
2.
Kedua dzikir dinamis,
kita lebih banyak mengingat kemauan Allah? di dunia ini, keadilan-Nya, pahala
dan azab, yang terkandung dalam hukum-hukum-Nya. Karena itu, dzikir ini akan
menghubungkan dzikir dengan fikir dan memunculkan pertanyaan kritis: apa
hukum-hukum Allah ini sudah berlaku atau belum ? Langkah apa yang harus
dilakukan agar hukum-hukum ini berlaku? Apa ada keberanian untuk ini?
Dzikir dinamis
mengantar kita kepada satu hal Yang sangat mendasar; ,yaitu, memikirkan
kandungan Al qur`an. Kandungan ini, dua di antaranya adalah
peringatan-peringatan dan hukum-hukum Allah Ta`ala, yang menyangkut hak dan
bathil, halal dan haram, baik dan jahat, ma`ruf dan munkar. Berpikir islami,
dengan begitu, adalah memikirkan bagaimana supaya ,yang hak, halal, baik, dan
ma`ruf berlaku; dan yang selainnya sirna. Dzikir dinamis berhulu pada
kontemplasi, renungan, dan seyogyanya bermuara pada tindakan. Dzikir dinamis
memunculkan kepeloporan, aktif memperbaiki masyarakat yang bobrok, penuh
dengran borok moral.
Al -Qur'an
mengingatkan manusia untuk memperhatikan berbagai makna yang menyangkut
dirinya, yang sangat mendasar, tetapi sering dilupakan. Apa itu? derajatnya
yang mulia sebagai makhluk Allah Ta`ala "Dan sungguh telah Kami muliakan
anak-anak Adam; Kami angkut mereka di daratan dan di lautan; Kami memberi
mereka rezki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka de-ngan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami cintakan" (Q.S Al Isra
[17] : 1 70) dan pada ayat lain:",,,sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yanq sebaik-baiknya".(Q.S. At-Tin[95] : 4).
Dilihat dari sudut
pandang ibadah, maka sebab-sebab(faktor) kemuliaan itu adalah shalat. Dengan
shalat kita dimasukkan ke dalam satu proses yang memungkinkan kita memiliki
nilai-nilai dasar atau sifat-sifat unggul, seperti: kejujuran, disiplin,
keberanian, kesabaran, dan sebagainya.Kejujuran terlihat pada waktu seseorang batal
wudhunya sehingga harus berwudhu kembali. Keberanian terlihat pada saat imam
dibetulkan bacaannya yang salah oleh ma'mum di belakangnya. Tentu kita sepakat
bahwa kemuliaan mustahil diperoleh kalau kita tidak jujur, tidak disiplin,
tidak sabar, penakut, dan sebagainya. Nilai-nilai dasar ini memungkinkan
seseorang mampu mengendalikan diri dan mencegah perbuatan-perbuatan munkar,
keji. dan kalau kita meruiuk ke surat Thaha 14, maka dengan shalat kita dzikir
kepada Allah Ta`ala
Sebagai penutup, baik
kita sandingkan surat Thaha 14 dengan surat Al'Ankabut 45. "
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)keji den
mungkar...", Kalau kita menggunakan prinsip syllogisme, maka
dapat disimpulkan bahwa; Dzikir mencegah seseorang dari perbuatan keji, munnkar/jahat.
Dzikir di sini tentulah dzikir dinamis. Nah, mencegah manusia dari perbuatan
jahat sama artinya dengan memelihara kemuliaan manusia. Dan ini, sesuai dengan
tujuan peradaban. Karena itu, dapat dipahami bahwa dzikir dinamis mendorong
manusia untuk membangun peradaban yang sesuai dengan blue print yang sudah
ditetapkan oleh Allah SWT. Wallahu'AlamBisshawab.
Selain bentuk-bentuk
pernyataan seperti di atas, ilmu juga memiliki ragam-ragam proposisi, yaitu
azas ilmiah, kaidah ilmiah, dan teori ilmiah. Ketiga ragam proposisi tersebut
dijelaskan seperti berikut ini.
1) Azas ilmiah
Azas atau prinsip ilmiah adalah sebuah proposisi yang
mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati.
2) Kaidah ilmiah
Suatu kaidah atau hukum dalam pengetahuan ilmiah
adalah sebuah proposisi yang mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib yang
dapat diuji kebenarannya .
3) Teori ilmiah
Yang dimaksud dengan
teori ilmiah adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis
berkenaan dengan penjelasan terhadap sejumlah fenomena.
Teori ilmiah merupakan
unsur yang sangat penting dalam ilmu. Bobot kualitas suatu ilmu terutama
ditentukan oleh teori ilmiah yang dimilikinya.
Pentingnya
teori ilmiah dalam illmu dapat dijelaskan dari fungsi atau kegunaannya. Fungsi
teori ilmiah adalah :
a) Sebagai
kerangka pedoman, bagan sistematisasi, atau sistem acuan dalam menyususn data
maupun pemikiran tentang data sehingga tercapai hubungan yang logis diantara
aneka data.
b) Memberikan
suatu skema atau rencana sementara mengenai medan yang semula belum dipetakan
sehingga terdapat suatu orientasi.
c) Sebagai
acuan dalam pengkajian suatu masalah.
d) Sebagai
dasar dalam merumuskan kerangka teoritis penelitian.
e) Sebagai
dasar dalam merumuskan hipotesis.
f) Sebagai
informasi untuk menetapkan cara pengujian hipotesis.
g) Untuk
mendapatkan informasi histories dan perspektif perma-salahan yang akan
diteliti.
h) Memperkaya
ide-ide baru.
i) Untuk
mengetahui siapa saja peneliti lain dan pengguna di bidang yang sama.
d. Ciri-ciri
pokok ilmu
Ilmu merupakan
pengetahuan yang memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat dibedakan
dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain. Adapun ciri-ciri pokok ilmu adalah sebagi berikut.
1) Sistematisasi
Sistematisasi memiliki arti bahwa pengetahuan ilmiah
tersusun sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdapat pernyataan-pernyataan
yang berhubungan secara fungsional.
2) Keumuman (generality)
Ciri keumuman
menunjuk pada kualitas pengetahuan ilmiah untuk merangkum berbagai fenomena
yang senantiasa makin luas dengan penentuan konsep-konsep yang paling umum
dalam pembahasannya.
3) Rasionalitas
Ciri rasionalitas
berarti bahwa ilmu sebagai pengetahuan ilmiah bersumber pada pemikiran rasional
yang mematuhi kaidah-kaidah logika.
4) Objektivitas
Ciri objektivitas
ilmu menunjuk pada keharusan untuk bersikap objektif dalam mengkaji suatu
kebenaran ilmiah tanpa melibatkan unsur emosi dan kesukaan atau kepentingan
pribadi.
5) Verifiabilitas
Verifiabilitas
berarti bahwa pengetahuan ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya, diteliti
kembali, atau diuji ulang oleh masyarakat ilmuwan.
6) Komunalitas
Ciri komunalitas ilmu mengandung arti bahwa ilmu
merupakan pengetahuan yang menjadi milik umum (public knowledge). Itu
berarti hasil penelitian yang kemudian menjadi khasanah dunia keilmuan tidak
akan disimpan atau disembunyikan untuk kepentingan individu atau kelompok
tertentu.
e. Pembagian
sistematis
Pengetahuan ilmiah
senantiasa mengalami perkembangan seiring dengan semakin banyaknya jumlah ilmuwan
dan juga semakin luasnya peluang untuk melakukan penelitian. Perkembangan ilmu
antara lain ditandai dengan lahirnya bermacam-macam aliran dan terutama cabang.
Untuk memudahkan memperoleh pemahaman mengenai bermacam-macam aliran dan cabang
tersebut diperlukan pembagian sistematis.
0 komentar:
Posting Komentar