Implikasi
nilai-nilai kehidupan dalam Dzikir Tauhid
Dzikir dilandasi dengan khusuk. Khusuk
merupakan “keyakinan bisa bertemu Allah ketika kita kembali pada-Nya”. Dzikir
terbagi kepada dzikir dasar dan dzikir tauhid, dimana dzikir dasar merupakan
“sebuah upaya untuk membangun kesadaran agar bisabertemu Allah didalam dzikir
dan shalat dengan termanifestasikan dari kekhusukan”. Dzikir yang dilakukan
yaitu dzikir ketika sesudah shalat dengan membaca subhanallah, Alhamdulillah,
dan Allahu akbar yang masing-masing dibaca 33 kali. Adapun dzikir tauhid yaitu
upaya berdzikir di sepanjang waktu yang kita miliki, sehingga tidak ada batas
pemisahan antara kehidupan dunia dan akhirat. Dengan dzikir tauhid kita dapat
melakukan urusan dunia sekaligus mendapat pahala untuk tabungan kita di
akhirat. Tidak ada pemisahan diantara keduanya karena keduanya adalah karunia
Allah. Kebahagiaan dunia kita nikmati, dan kebahagiaan akhirat pun kita raih.
Karena sekarang ini adalah kehidupan dunia, maka kehidupan dunia ini sebagai
sarana untuk mencapai tujuan di akhirat. Seperti firman Allah dalam al Quran
surat al-qasas ayat 77 yang berbunyi : “Dan carilah apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bagianmu dari duniawi dan berbuat baiklah sebagai mana Allah telah
berbuat baik padamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi”. Inti dari
aqidah dan tauhid itu “niat” disetiap kegiatan yang kita lakukan, dengan
pondasi niat “lillahi taala” (semuanya untuk mendapat ridho Allah SWT)
Contoh kegiatan yang berlandaskan
dzikir tauhid :
- Seorang
muslim harus berusaha menjadi kaya, supaya bisa menunaikan rukun islam
yang kelima, dan agar bisa menolong orang miskin,
- Seorang
muslim harus pandai dan berilmu, supaya dapat membangun pusat-pusat
penelitian yang mengantarkan kita memahami ayat-ayat Allah yang ada di
alam semesta dan disekitar lingkungan yang akan menambah kedekatan kita
kepada Allah.
- Seorang
muslim harus berusaha menjadi seorang pemimpin, supaya dunia ini hidup
damai sejahtera yang dirahmati dan diridoi oleh Allah. Perinsip dasarnya
ialah kembali kepada “mengingat” Allah, berdzikir kepada Allah, dan
mengorientasikan segala aktifitas hanya kepada Allah. Berdzikir hanya
untuk meng-ESA-kan Allah, dan men-TAUHID-kan Sang Maha Perkasa dalam
segala aktifitas kita.
“(yaitu) orang-orang yang berdzikir
kepada Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (sampai berkesimpulan) “ya Tuhan
kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S al-imran : 191)
Inti kepahaman dari dzikir tauhid
yaitu mulai bangun tidur sampai tidur kembali kita berdzikir kepada Allah,
beristigfar, bertasbih kepada Allah, bersyukur atas segala kenikmatan,
bertakbir mengumandangkan nama Allah, dan melenyapkan ego dalam diri kita
bahwasannya kita hanya manusia kecil dan hina di hadapan Allah SWT. “Dan
berdzikirlah kepada tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang hari, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.(Q.S Al-A’raf : 205)
Tahap mengoptimalkan dzikir tauhid :
- Merasakan
keberadaan diri kita dan alam semesta , karena dengan menyadari kebenaran
itulah kita akan mengenal dan merasakan kehadiran sang pencipta.
- Meniadakan
diri, karena segala yang ada di dunia ini hanyalah sementara. Yang abadi
adalah Allah.
- Menyatukan
diri dengan alam, dan merasakan keselarasan sunnatullah. Karena pada saat
itulah kita bisa merasakan kehadiran Allah dalam kesadaran kita.
- Melebur
dalam realitas, melatih kepahaman dan rasa bahwa segala realitas adalah
Allah. Allah hadir dalam pendengaran kita, pengelihatan kita, dalam
ucapan kita, di denyut jantng kita, nafas pencernaan, metabolisme, dan
seluruh aktifitas kehidupan kita.
Sumber dan Referensi :
http://esai-esai.blogspot.com/2011/04/implikasi-nilai-kehidupan-dalam-dzikir_08.html
0 komentar:
Posting Komentar